Wednesday, July 25, 2012

Pulang


Malam telah melumat sang senja hingga tak bersisa, tapi, tak juga ku lihat kau datang..
Bahkan kau tau, ini sudah cangkir kopi ke 3,
tapi masih saja kau bersembunyi bermain-main dibalik pekatnya kopi..

Tuan,kemarilah..pulanglah kerumah.
rumahku terlalu sendiri tanpa kamu..
pulanglah karna bibir cangkir ini sudah mulai beku, rindu kau kecup lagi..
pulanglah,Tuan,pulanglah jika kau sudah lelah bermain..

26/07/2012
04.24

Friday, May 18, 2012

kebelet LULUS!!!


Status Facebook saya siang tadi adalah “kebelet LULUS!!!”
Lengkap dengan tanda pentung tiga saya mendeklarasikan bahwa sayang ingin segera lulus. Tanpa di buat-buat dan tanpa ada paksaan dari manapun.

Entah kenapa hari ini dipenuhi dengan diksi SKRIPSI, LULUS dan SEGERA.
Ya, sepagi tadi tiba-tiba teman saya Haryo sms. Perntanyaanya yang diawali dengan pertanyaan sisa masa kuliah kami yang ternyata tinggal 1 tahun lagi. Kemudian pertanyaan itu menjurus ke pertanyaan polosnya. “mbak resepmu apa to kok bisa rajin garap skripsi?” membaca sms nya saya langsung ketawa. Gilak juga ni bocah! Saya di bilang rajin garap skripsi? Padahal ini sudah semester ke 4 saya ambil skripsi dan belum kelar-kelar juga. Akhirnya saya hanya bisa menjawab bahwa saya punya cita-cita untuk keluar pulau Jawa. Dan untuk bisa keluar Jawa itu artinya saya harus lulus dulu. Untuk lulus saya berarti haru garap skripsi. Mau ga mau…hajar! Itulah jawaban saya. Obrolan pun semakin berkembang dengan curhatan akademik.

Obrolan itu akhirnya berakhir saat teman seangkatan itu pamit untuk bimbingan. Saya jadi ingat, saya ada janji untuk ketemu pak Hir, dosen pembimbing I saya. Holaaaaaa….sudah seminggu saya menunda untuk ke kantornya untuk menanyakan kabar Skripsi saya.

Seakan di ingatkan, Ayo Rosa kekampus! Urus kuliah!, saya pun bergegas mandi dan pergi ke kampus.

Tujuan pertama adalah ke BAA. Mengurus administrasi a.k.a minta print out tagihan yang sudah menggunung. Deg-degan campur malas melihat. 3.106.000,-. Meliputi uang kuliah pokok dan denda. Ah, masih angka normal rupanya, karena saya tidak membayar uang kuliah dari tahun lalu. Hahaha.
Kertas tagihan saya lipat sekenanya dan saya masukkan ke tas. Kaki pun melaju ke kantin. Waktunya mengisi perut yang sudah mulai protes!

Malas untuk jalan ke kampus sebelah, jurus terakhir adalah sms pak Hir. Menanyakan nasib skripsi yang sudah seminggu ditangan beliau.

“Sudah masuk. Nanti kalau udah kelar akan di sms sekre.”

Yesss!!! Finally!!! Skripsi sudah masuk reader. Dan menurut jadwal pertengahan Juni adalah jadwal pendadaran. Yang artinya tinggal selangkah lagi kata LULUS akan menjadi milik saya sepenuhnya.

Skripsi yang 2 tahun terbengkalai akhirnya menemukan titik terang akan nasibnya. Huaaaa…saya beneran kebelet LULUS maaaakkkk!!!DOAKAAAANNN!!





18/05/2012
22.57


Doa Untuk Femi


Rabu (16/05) pukul 11.00 di SMA Santa Maria Yogyakarta di gelar doa bersama untuk Femi, wartawan Bloomberg yang menjadi salah satu korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet  100.

Sebenarnya saya tak mengenal siapa Femi. Wajahnya pun saya belum pernah lihat. Saya hanya di culik teman saya yang ternyata teman activist 98-nya Femi.

 “Besok kalo kamu ga ada acara aku minta di temenin ke sekolah Santa Maria. Ada doa untuk temenku Femi”
“Femi korban Sukhoi?”
“Iya”

Itulah awal “perkenalan” saya dengan seorang perempuan tangguh bernama lengkap Femi Adiningsih Soempeno.

Tepat pukul 11.00 kami sampai di pelataran SMA Santa Maria ini. kami langsung menuju gedung aula tempat dimana doa bersama ini di gelar. Di ujung pintu masuk, siswa-siswa yang bertugas menjadi among tamu berdiri berjejer. Seperti tamu-tamu yang lain, saya di minta untuk menuliskan pesan dan kesan untuk Femi. Jujur saja saya bingung mau nulis apa, lha wong saya ga kenal. Akhirnya jemari menuntun pena menuliskan “ Rest in peace, Femi.. J dan langsung saya tempel di papan hitam di samping meja tamu.

Sebelum masuk gedung aula, sebuah pita hitam ditempelkan di dada kiri para tamu termasuk saya sebagai tanda berkabung.

Ternyata gedung uula sudah di penuhi para tamu. Mendominasi barisan, siswa SMA Santa Maria beserta guru dan staf. Sisanya beberapa kawan seangkatannya saat masih sekolah di Vanlith, Steladuce, Santa Maria dan Atmajaya. Saya dan teman saya pun langsung beringsut ke barisan paling belakang.

Saat saya masuk, doa sedang di pimpin oleh seorang Suster. Suasana duka memayungi langit-langit gedung aula Santa Maria siang itu. Di depan altar kecil, saya lihat foto Femi yang memakai kupluk merah tersenyum manis. Di bagian kanan dan kiri terdapat rangkaian bunga putih dan puluhan lilin. Sendu.

Suasana Aula semakin haru ketika si Pemimpin doa meminta kepada beberapa orang guru dan sahabatnya untuk bercerita di muka tentang sosok Femi. Bulu kuduk pun berdiri saat Rosa, sahabatnya 1 angkatannya menceritakan seperti apa sosok Femi ini. "Femi sangat istimewa, kami sangat kehilangan dia. Apapun yang terjadi padanya saat ini, kami harap Tuhan tahu yang terbaik untuknya,"


Dari cerita beberapa guru dan teman, saya bisa menyimpulkan bahwa Femi memang istimewa. Bukan hanya pribadinya, tapi juga otaknya. Semasa sekolah Femi tak pernah memilih-milih teman. Dia berteman dengan semua teman di sekolahnya. Bukan hanya itu, saat kerusuhan 98, dia menjadi salah satu aktivis pelajar Jogja. Pekerjaannya? ya Demo! Bahkan kerap dia bolos sekolah karena ikut turun dijalan untuk demo. Sampai-sampai mendapat teguran dari sang wali kelas.

Mendadak saya menjadi kagum dengan sosok yang belum pernah saya kenal ini saat panitia memutarkan slide foto-foto nya. Dari situ saya bisa merasakan aura petualang yang kental di setiap kegiatan Femi. Wajah ceria dan mata yang tajam, seakan ingin mengatakan bahwa Femi memang bukan perempuan biasa, dia luar biasa.

Saya yakin, sebagian besar yang ada dalam gedung aula ini juga tak mengenal langsung pribadi Femi. Tapi doa demi doa terus mengalir untuk perempuan tangguh ini. 

Sang petualang telah kembali, tapi semangatnya tak kan pernah mati..
Selamat jalan Femi…J

18/05/2012
18.21

Anak Layangan












16/05/2012
Mandala Krida


Wednesday, April 4, 2012

Spasi


Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling sayang menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak akan mencekik, jadi ulurlah tali itu.
Napas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi. Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali. Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Jadi, jangan lumpuhkanlah aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.
Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.
Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring bukan digiring.

*Dewi Lestari*