Friday, May 18, 2012

Doa Untuk Femi


Rabu (16/05) pukul 11.00 di SMA Santa Maria Yogyakarta di gelar doa bersama untuk Femi, wartawan Bloomberg yang menjadi salah satu korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet  100.

Sebenarnya saya tak mengenal siapa Femi. Wajahnya pun saya belum pernah lihat. Saya hanya di culik teman saya yang ternyata teman activist 98-nya Femi.

 “Besok kalo kamu ga ada acara aku minta di temenin ke sekolah Santa Maria. Ada doa untuk temenku Femi”
“Femi korban Sukhoi?”
“Iya”

Itulah awal “perkenalan” saya dengan seorang perempuan tangguh bernama lengkap Femi Adiningsih Soempeno.

Tepat pukul 11.00 kami sampai di pelataran SMA Santa Maria ini. kami langsung menuju gedung aula tempat dimana doa bersama ini di gelar. Di ujung pintu masuk, siswa-siswa yang bertugas menjadi among tamu berdiri berjejer. Seperti tamu-tamu yang lain, saya di minta untuk menuliskan pesan dan kesan untuk Femi. Jujur saja saya bingung mau nulis apa, lha wong saya ga kenal. Akhirnya jemari menuntun pena menuliskan “ Rest in peace, Femi.. J dan langsung saya tempel di papan hitam di samping meja tamu.

Sebelum masuk gedung aula, sebuah pita hitam ditempelkan di dada kiri para tamu termasuk saya sebagai tanda berkabung.

Ternyata gedung uula sudah di penuhi para tamu. Mendominasi barisan, siswa SMA Santa Maria beserta guru dan staf. Sisanya beberapa kawan seangkatannya saat masih sekolah di Vanlith, Steladuce, Santa Maria dan Atmajaya. Saya dan teman saya pun langsung beringsut ke barisan paling belakang.

Saat saya masuk, doa sedang di pimpin oleh seorang Suster. Suasana duka memayungi langit-langit gedung aula Santa Maria siang itu. Di depan altar kecil, saya lihat foto Femi yang memakai kupluk merah tersenyum manis. Di bagian kanan dan kiri terdapat rangkaian bunga putih dan puluhan lilin. Sendu.

Suasana Aula semakin haru ketika si Pemimpin doa meminta kepada beberapa orang guru dan sahabatnya untuk bercerita di muka tentang sosok Femi. Bulu kuduk pun berdiri saat Rosa, sahabatnya 1 angkatannya menceritakan seperti apa sosok Femi ini. "Femi sangat istimewa, kami sangat kehilangan dia. Apapun yang terjadi padanya saat ini, kami harap Tuhan tahu yang terbaik untuknya,"


Dari cerita beberapa guru dan teman, saya bisa menyimpulkan bahwa Femi memang istimewa. Bukan hanya pribadinya, tapi juga otaknya. Semasa sekolah Femi tak pernah memilih-milih teman. Dia berteman dengan semua teman di sekolahnya. Bukan hanya itu, saat kerusuhan 98, dia menjadi salah satu aktivis pelajar Jogja. Pekerjaannya? ya Demo! Bahkan kerap dia bolos sekolah karena ikut turun dijalan untuk demo. Sampai-sampai mendapat teguran dari sang wali kelas.

Mendadak saya menjadi kagum dengan sosok yang belum pernah saya kenal ini saat panitia memutarkan slide foto-foto nya. Dari situ saya bisa merasakan aura petualang yang kental di setiap kegiatan Femi. Wajah ceria dan mata yang tajam, seakan ingin mengatakan bahwa Femi memang bukan perempuan biasa, dia luar biasa.

Saya yakin, sebagian besar yang ada dalam gedung aula ini juga tak mengenal langsung pribadi Femi. Tapi doa demi doa terus mengalir untuk perempuan tangguh ini. 

Sang petualang telah kembali, tapi semangatnya tak kan pernah mati..
Selamat jalan Femi…J

18/05/2012
18.21

No comments:

Post a Comment