Tuesday, January 3, 2012

Cerita Satu Senja

Kemarin, saat aku menikmati ranum senja di ujung jendela diatas pangkuan kursi malasku, ada seorang anak kecil menghampiriku. Wajahnya tampak ceria. Ujung bibirnya tertarik membuat sebuah senyum manis.  Rambutnya yang hitampanjang ia kuncir dua. Baju hijau bertabur bunga-bunag warna warni semakin menguatkan parasnya yang cantik. Disiku tangan kanannya ada sebuah boneka beruang yang sudah mulai kusut bulu-bulunya.


Dia mendekat padaku, mengelus elus punggung tanganku yang aku letakkan di pegangan kursiku. Tangannya yang halus menata kacamataku yang merosot jauh darI tulang hidungku yang cenderung pesek ini.


Bibir nya semakin mendekat ke arah kuping kiriku…


“Nenek….”

Di sebutnya aku nenek. Disusul senyum kecil. Aku hanya diam.


“Nenek…”

Di sebutnya lagi aku nenek. Tak juga aku membalas suara mungilnya.


Diam. Bayangan ku berlari-lari ke beberapa tahun silam. Aku tak pernah merasa punya suami. Anak. Bahkan cucu. Hingga akhirnya aku menghabiskan setiap senjaku diatas kursi ayun sendiri, hanya berteman benang dan jarum sulam.


Tapi tiba-tiba, saat senja itu datang lagi  menemaniku menghhabiskan hariku, datang seorang  anak kecil, cantik. Tajam matanya itu milikku. Sama. Sama persis denganku.  Kulitnya memang lebih terang dari kulitku yang sering sengaja aku gosongkan saat aku masih muda dulu.


“Nenek…”
Kembali dia memanggilku nenek.


Aku pun masih terdiam. Terbisu. Aku katupkan kelopak mataku dan berpikir. Aku raut ingatanku tentang anak ini. ah, tak dapat juga. Dia masih tampil menjadi sesosok gadis imut yang asing di pikiranku.



“ Dia cucumu, bu. Aku anakmu yang pernah kau buang saat aku lahir dari terlarangmu dengan mantan pacar Ibu berapa puluh tahun yang lalu….”

Jawab seorang perempuan yang muncul dari ujung pintu. Wajahnya sagat mirip dengan ku.






04/01/2012
13.25


cerita ini saya buat setelah mendengar cerita dari seorang teman yang mengangkat anak berumur 20 bulan dari seorang Ibu asuh yang merawat anak itu dari umur 4 bulan karena Ibu kandungnya merantau ke Ibu kota. Anak itu terlahir setelah terjadi pemerkosaan yang dialami Ibunya oleh seorang temannya...


"Baik-baik dengan sahabat tante yang baik itu ya nak..."

No comments:

Post a Comment